Tuesday, June 24, 2014

Perjalanan Ziarah Paris-Nevers-Loudres Part V (terakhir)

-->
Part I 
Part II 
Part III 
Part IV 


Hari ke 8. Tgl 14 May 2014

                  Lima belas menit sebelum jam 6 pagi, kami menuruni tangga menuju ruang resepsionis dan benar saja, Madame yang murah senyum juga sudah bangun dan berdandan rapi untuk membukakan pintu hotel buat kami. Merci beaucoup Madame. Au revoir.

Kereta yang akan kami tumpangi belum datang. Memang masih kepagian. Dari balik kaca ruang tunggu stasiun kami memandangi kota Lourdes yang dalam hitungan menit  akan kami tinggalkan. Masih agak gelap, namun dari jauh kelihatan menara gereja Hati Kudus Yesus dengan warna kaca kebiruan. Berat rasanya meninggalkan kota ini. Apa boleh buat. Ada waktu datang, ada waktu pulang. Kalau boleh berandai-andai dan bermimpi, duh enaknya kalau bisa tinggal dikota ini.
Pukul 06.13 kereta TGV dari Tarbes mulai memasuki stasiun. Sesuai jadwal pk 06.27 mulai berangkat menuju Paris Gare Montparnasse.


Pagi ini matahari bersinar cerah. Kami bisa melihat gunung Pyrenees yang masih diselimuti salju. Sebagian sudah mencair, berwarna coklat. Dengan langit biru jernih dan awan putih berbagai bentuk menarik. persis  “Negeri di Awan”. Sayang rasanya menutup mata melewati pemandangan –pemandangan indah sepanjang perjalanan.
  Apalagi saat kereta memasuki stasiun kota Bordeaux, kota  yang tidak kalah indahnya meskipun hanya bisa kami pandang dari dalam kereta selama beberapa menit.
Pukul 12.37 kereta tiba di Gare Montparnasse. Salah satu stasiun terbesar di kota Paris selain Gare du Nord.  Distasiun ini kami sekalian mampir di restoran Quick untuk membeli burger dan kentang goreng buat sore. Banyak pintu keluar dari stasiun ini menuju jalan yang berbeda. Kami menuruni tangga di samping Quick restoran menuju Boulevard de Vaugirard, belok kiri. tampak terminal bus didepannya. Tujuan kami langsung kebukit Montmartre. Sebenarnya di Avenue du Mairie disekitar Gare Montparnasse ada halte bus no. 80 yang langsung menuju Montmartre. Tapi karena kami tidak mau pusing dan repot mencari jalan , kami pilih bus no. 95 jurusan Porte de Montmartre yang memang sudah ada di depan mata, turun di halte transit Place de Clichy untuk pindah ke bus no 80 tujuan Mairie du 18’ Jules Joffrin  lalu turun di halte Lamark Caulaincourt.  Dari halte ini begitu belok kiri akan kelihatan tangga yang merupakan jalan pintas ke atas Basilica Sacre-Coeur Montmartre yang letaknya diatas bukit, sepanjang jalan berderet toko souvenir dan café. Jalan menanjak tapi tidak bertangga.





Melewati musium keramik.  


Disepanjang jalan ini banyak pelukis yang menawarkan jasa  kalau-kalau ada turis yang ingin dilukis. Tidak beda dengan seniman yang sering kita temui di Jogja.
Kalau ke Paris, jangan melewatkan tempat ini.


Dari halaman basilika, kota paris terbentang di depan mata. Tempat ini penuh dengan turis-turis berfoto ria, duduk-duduk menikmati pemandangan kota Paris dari atas bukit.


Sepasang pengantin juga  berpose di depan kamera. Untuk mencapai tempat ini bisa melalui banyak jalan yang berada dibawah puluhan atau mungkin ratusan anak tangga. Rute yang kami pilih ini rasanya rute yang aman, kami terhindar menanjaki anak-anak tangga yang pasti membuat kaki dan betis pegal. Selain itu juga terhindar dari serbuan orang-orang yang sering mengganggu turis dan dengan paksa menarik lengan para turis untuk menjual gelang tangan. Ini cerita yang saya baca dan dengar dari orang-orang yang pernah berkunjung kesini. Awalnya kami juga kawatir dan  extra hati-hati. Dari pertama kali kami menjejakkan kaki di Paris. Pasport, tiket pesawat dan kereta kami masukkan dalam kantong kain yang selalu kami gantung dileher dibalik baju dan jaket, uangpun kami simpan dalam kantong lain yang kami kancing dibalik celana panjang. Tidak ada barang berharga dalam ransel. Kedua tangan siap setiap saat masuk kedalam kantong jaket. Nyatanya aman. Tidak ketemu pengganggu.  Syukurlah. Kami bertiga dihindari dari orang-orang yang berniat buruk. Di depan basilika beberapa pedagang imigran menjajakan gantungan kunci eiffel dengan harga Eur 1 untuk 5 buah. Wahh benar juga info yang kami baca dari pengalaman turis lain. Nyesel juga kami sudah terlanjur  beli  di toko dengan harga Eur 0.50 sampai ada yang seharga Eur 1 per buahnya, kualitas barang sama. Gara-gara kawatir nggak ketemu pedagang gelaran sih. Supaya jangan kurang kami beli lagi 3 euro.





Kami mulai menapaki beberapa anak tangga untuk masuk ke basilika. Bukan main. Menakjubkan. Meskipun di depan sudah ada larangan mengambil foto dan rekaman, tetap saja banyak turis sembunyi-sembunyi mengabadikan basilika ini, termasuk teman saya.


Beberapa petugas dengan halus mengingatkan, tapi saking banyaknya turis yang bandel mereka jadi kesal juga terutama dengan turis lelaki yang peralatannya sudah seperti photografer profesional. Dengan turis wanita paling hanya menegur sambil menggoyangkan telunjuk saja. Termasuk saya. Desole Monsieur. Habis waktu masuk sudah langsung terpana, sampai nggak lihat papan peringatan.
Puji Tuhan, kami bakal menginap disini dan nanti malam bebas keluar masuk basilika untuk adorasi. Kami mulai mengikuti doa-doa yang dipimpin para suster kemudian dilanjutkan dengan misa.  Meski  harus menunggu lama sampai jam setengah sembilan malam, waktu tidak terasa lama ditempat seperti ini. Didepan altar terdapat tabung kaca tempat kami memasukkan intensi di secarik kertas yang sudah disediakan.
Tepat pukul 20.30, kami menuju Patung Hati Kudus Yesus sesuai petunjuk arah dari balasan email kami, memasuki pintu bertulisan Prive/no visit untuk menelusuri koridor menuju ke pintu dengan alat komunikasi dipinggirnya. Begitu tombol ditekan terdengar jawaban dari dalam. Pintu sudah dibuka, kami tinggal turun beberapa tangga untuk menuju ruang pendaftaran. Dilayani dengan ramah oleh mademoiselle cantik berkaca mata dan seorang suster. Kami bebas memilih jam untuk adorasi dengan mengisi nama di dalam jadwal. Saya lihat hanya segelintir orang yang mendaftar adorasi lewat tengah malam. Sebagian memilih waktu pk. 23.00 sampai 24.00. setelah misa pk. 22.30. Jadi bisa langsung tidur sampai pagi. Tapi tidak masalah buat kami.  Tante dan teman memilih pk 23.00. sementara saya pilih pk 24.00. Selesai pendaftaran dan pembayaran, Eur 6 perorang dengan tambahan Eur 4 perorang kalau termasuk sarapan. Ditempat ini kalau peserta bawa sleeping bag sendiri hanya dikenakan Eur 4 perorang, Kami diantar ke ruang tidur. Ruang Saint Tarcisius.  Ada 10 dipan lengkap dengan bantal, sprei, selimut. Setiap 2 dipan disekat tembok dengan tirai sebagai ganti pintu. Ada juga sekat untuk 1 dipan. Toilet tersedia diluar ruang tidur, sementara wastafel dan kamar mandi shower tersedia di dalam ruang tidur. Bersih, seperti layaknya di hotel. Menunggu waktu adorasi saya pakai untuk tidur sebentar. Terbangun ketika mendengar tante dan teman sudah kembali dari adorasi. Giliran saya sekarang. Dengan secarik kertas  dikantong yang kami terima saat pendaftaran. Untuk ditunjukkan bila ada petugas. Wah, sempat bingung juga kenapa lift nggak terbuka juga pintunya. Jadi saya pilih turun tangga, untungnya hanya 2 lantai. Koridor hanya remang-remang saja untuk menuju pintu yang bertulis access basilica. Didalam basilica kosong. Tidak ada petugas. Hanya ada 3 orang termasuk saya. Sekitar altar tempat monstran emas berisi hosti kudus tetap diterangi lampu. Suasana begitu hening, damai. Sambil menatap hosti kudus ,lambang  tubuh Kristus dan kehadiran Yesus, kupasrahkan segala suka duka di hati, dalam doa Rosario dan Koronka
Ketika kembali ke ruang tidur, saya cek waktu di ponsel. Ternyata sudah jam dua malam.
Hari ke 9 – Tanggal 15 May 2014
Pukul enam pagi kami bertiga kembali ke basilika. Baru saya tahu kenapa pintu lift nggak terbuka. Ternyata tidak otomatis terbuka seperti lift perkantoran. Pintu bagian  depan harus ditarik dulu setelah menekan tombol, kata teman saya.  Salah saya juga kurang perhatian. Adorasi berakhir jam 7.00, Saat itu terdengar bel berbunyi, kami  pindah ke kapel  dekat altar untuk ikut misa pagi. Selesai misa kembali ke kamar, berkemas-kemas dan menarik sprei tempat tidur untuk diletakkan di keranjang yang tersedia di depan kamar.  Dimanapun kami berada kami berusaha untuk meninggalkan tempat dalam kondisi rapi.
Mencari ruang tempat sarapan pagi sempat membuat kami berputar-putar dan beberapa kali bertanya pada petugas basilika dan kebersihan yang kami temui. Bangunan terdiri dari beberapa lantai, banyak ruangan dan koridor. Ruang makan berada di lantai paling bawah, harus turun tangga lagi. Sarapan khas roti Prancis, yang sering saya sebut Roti Pentung. berikut selai dan mentega. Minuman panas kopi, teh. Silahkan makan minum sekenyangnya. Kami sarapan bersama dengan rombongan siswa siswi sekolah  yang jumlahnya puluhan, rupanya mereka sedang mengadakan retret. Pantas saat kami pesan tempat, fasilitas kamar untuk satu orang dan dua orang perkamar sudah penuh, Harga perkamar untuk 1 orang Eur 16 sementara untuk sekamar berdua Eur 13 perorang. Ini menjadi pengalaman unik buat kami yang belum pernah tinggal di guest house susteran. Sayang kalau hari terakhir di kota Paris hanya habis dihotel. Kalau menikmati kota Paris tengah malam kami agak khawatir di jalan   Waktu sarapan hanya sampai jam 08.30. Kami harus segera check out.





Sementara dari luar mulai berdatangan turis ketempat ini. Pagi-pagi pun sudah ada sepasang pengantin lagi. Menurut info yang kami dengar dari penduduk di daerah ini, hampir setiap hari ada pengantin yang mengambil foto dilokasi ini. Apalagi dipagi yang cerah seperti hari ini.


Menjelang pukul setengah sepuluh kami mulai menuruni bukit Montmartre.  Mengambil  bus no. 80 tapi tidak transit di Place de Clichy seperti waktu datang, melainkan langsung ke Gare Saint Lazare ganti bus No 53 ke Opera  lalu mengambil bus No 39 untuk mengunjung Louvre. Semakin banyak mencoba rute-rute bus semakin banyak yang bisa dilihat. Apalagi transportasi bus disini nyaman dan teratur.









Musium Louvre sangat strategis letaknya, dekat dengan Palais Royal, Rivoli, Pont des Arts, jembatan yang penuh dengan gembok –gembok cinta. Dekat tempat ini, di 2 Place du Louvre ada gereja yang kami kunjungi Eglise Saint Germain l’Auxerrois.  Gereja tua ini juga sedang menggalang dana untuk pelestarian bangunan. Bangku gereja masih menggunakan anyaman rotan, kalau mau berlutut memakai bangku yang lebih kecil dan rendah dengan atas punggung bangku agak lebar untuk meletakkan  kedua lengan tangan.  Sebagian batu dinding dalam gereja sudah mulai berwarna kehitaman dimakan usia. Tepat pukul 12 siang, diadakan misa disalah satu kapel kecil dalam gereja.
Dari gereja ini kami kemudian menuju Rue Rivoli, mampir disalah satu café untuk makan siang, tinggal pilih makanan di etalase kaca untuk dipanaskan dengan microwave.. Harga sudah tercantum. Kami duduk di dalam café yang lumayan banyak pengunjungnya  di jam istirahat kantor.

Sisa waktu kami gunakan untuk mengunjungi Jardin des Tuileries. Taman  umum yang sangat luas, dikelilingi bunga-bunga yang bermekaran dan beberapa patung karya seni menjadikan taman ini banyak dikunjungi wisatawan juga.  



Begitu pula karyawan kantor berjas lengkap  menghabiskan waktu istirahat sambil tidur berjemur matahari. 



Kursi taman banyak tersedia, kami pun ikut duduk melonjor buat menghangatkan jari-jari kaki. Burung dara dan merpati terbang bebas disekitar kami. Sementara serombongan pria setengah baya bermain lempar bola besi. Entah permainan apa namanya?
Rasanya penduduk kota ini di manja sekali, selalu tersedia tempat  buat rekreasi gratis. Tapi bukan berarti kota ini bebas dari kemiskinan, Hanya beberapa meter dari tempat kami, duduk sambil tidur berjemur seorang wanita kulit putih tunawisma. Sempat kami lihat wanita itu masuk ke sudut dinding taman yang tertutup dahan-dahan pohon. Ternyata ada kran air disitu yang dia gunakan untuk menggosok gigi dan membersihkan badan. Sementara anjing peliharaannya dengan tali diikat pada batang pohon berbaring dengan mata waspada, memperhatikan gerak gerik majikannya. 
Jam besar diatas bangunan megah di seberng taman sudah menunjukkan pukul empat lewat seperempat.





Kami mulai bersiap-siap meninggalkan taman. Mengambil jalan   Rue de pyramides, persis dipintu keluar taman. Di jalan ini terdapat Patung Penunggang Kuda keemasan yang dinamai Jeanne D’Arc Statue Paris.  Berjalan santai menuju Opera. Semua trotoar buat pejalan kaki lebar dan nyaman. Tidak ada jalan becek berlumpur. Sepatu tetap bersih. Kemanapun kami berjalan rasanya bebas polusi debu dan asap knalpot. Kapan ya Jakarta bisa senyaman ini.
Tidak sampai sepuluh menit kami sudah sampai di persimpangan jalan sebelah Royal Opera Café dan gedung Opera Garnier sudah di depan mata. Melewati Avenue de la Opera  banyak tempat yang bisa dikunjungi. Misalnya Eglise Saint Roch.  Place Vendome, dengan  tugu batu berwarna hijau dilapangan luas    
Sementara bila menelusuri kawasan boulevard Capucinne akan kita temui tempat wisata Place de Madeleine. Awalnya tempat ini merupakan tempat ibadah orang Yahudi yang kemudian menjadi gereja katholik dan sekarang menjadi monumen kejayaan pasukan Napoleon.  Bangunan ini letaknya cukup dekat dengan Place de la Concorde. Tempat seluas 8 hektar lebih ini dengan tugu lancip bagian atas berlapis emas ditengah alun-alun, dilengkapi air mancur dulunya di jaman revolusi Perancis menjadi tempat eksekusi dengan pisau guillotine. Termasuk ratu Marie Antoinette juga dipenggal kepalanya di alun-alun ini.
 Sementara di sekitar Gare St Lazare terdapat Eglise Saint Augustine dan Trinity Church.  Semua tempat wisata ini mudah ditempuh dengan berjalan kaki.
 Menunggu waktu kembali ke airport, kami habiskan dengan duduk diatas tangga Opera Garnier yang cukup menyilaukan mata sorot mataharinya sore itu.  Ratusan turis dan karyawan yang baru bubar kantor menikmati sinar matahari sore sambil menyaksikan seorang pemuda menyanyi dengan gitar ditangan melantunkan lagu-lagu untuk menambah ceria suasana. Siapapun asal berani tampil boleh maju untuk unjuk kebolehan. Tidak perlu takut diejek meski suara  pas-pasan atau bahkan jelek. Penonton  tetap akan bertepuk tangan menyemangati. Bahkan seorang anak lelaki, berumur sekitar 4 - 5 tahun berani tampil meski tidak hapal lirik lagu. Membuat para penonton tersenyum senang melihat kepolosannya dan keberanian bocah itu
Sudah hampir setengah enam, kamipun kembali berada di dalam Roissy Bus yang haltenya berada disamping gedung Opera.  Bus yang akan membawa kami kembali ke CDG Airport. Berhenti di terminal satu.
AU REVOIR PARIS!!!
Qatar Airways mengantar kami kembali ke tanah air dan mendarat dengan mulus di bandara Soeta tanggal 16 May 2014 jam sepuluh malam


Doha tampak dari atas pesawat.
 
V. Tips-tips keamanan
Pasport merupakan dokumen yang amat sangat penting di negara orang. Oleh  karena itu mutlak untuk dijaga baik-baik. Kehilangan pasport bisa membuat rencana berantakan dan habis waktu mengurus Surat Laksana Perjalanan di kedutaan Indonesia dikota setempat. Jadi  seperti yang sudah diulas sebelumnya. amankan pasport, uang, tiket-tiket transportasi di kantong/safety pocket dibalik baju atau celana panjang.  Saking hati-hatinya, tidurpun kantong very important things itu tetap nyantol dileher. Menggunakan jaket berkantong juga sangat membantu untuk  menyimpan uang kecil, tiket bus/metro keperluan sehari-hari ataupun barang-barang kecil lainnya supaya tidak repot dijalan.
Dengan tas ransel yang hanya berisi baju dan perlengkapan seperlunya, kami tidak perlu takut hilang dan gampang  turun naik kendaraan umum ataupun tangga, ketimbang menggerek-gerek koper.
VI. Lokasi Wisata dan Sistem transportasi kota tujuan
Memahami jalan-jalan menuju lokasi wisata baik dengan berjalan kaki ataupun transport umum ada baiknya dipelajari dulu sebelum berangkat. Nevers dan Lourdes hanya kota kecil, tidak serumit Paris tentunya. Banyak informasi-informasi di internet yang bisa kita peroleh bila kita mau meluangkan waktu. Kesasar di kota besar seperti Paris, selain membuang waktu juga membuat rencana tujuan jadi gagal.  Belum lagi kalau sampai harus menggunakan taxi bisa membuat bengkak biaya. Meskipun  disetiap halte bus dan metro selalu tersedia peta dan rute masing-masing bus yang berhenti di depannya. Perlu memahami dan mengerti. Jadi jangan sampai buta jalan samasekali.
VII  Ringkasan   Biaya per orang
Biaya pembuatan pasport IDR 255.000,-
Biaya Visa Schengen Eur 85 (dibayar dengan rupiah berdasarkan kurs yang berlaku)
Premi Polis Asuransi Perjalanan USD 28 untuk pertanggungan sebesar USD 50,000,-
Tiket pesawat  pp Jakarta – Paris – Jakarta USD 871
Tiket Kereta Api  pp Paris – Lourdes – Paris  Eur 86
                                      Pp Paris – Nevers – Paris Eur  54
Transportasi  pp  CDG airport – Opera – CDG Airport Eur 21  (2 x Eur 10.50)
Tiket Bus/Metro – 4 carnet (40 lembar ) untuk bertiga Eur 57 , perorang Eur 19
(Bila membeli di toko TABAC atau mesin otomatis dalam hotel. harga lebih mahal 1 sampai 1,5 Eur per carnet. Di loket metro harga carnet untuk 10 lembar tiket Eur 13,70 )
Biaya Makan dan Minum 
Untuk ukuran perut kami, cukup Eur 10 perhari/ perorang. Beberapa kali  kami membeli paket      Mc Donald dan Kebab seharga Eur 7, Seporsi bisa untuk berdua atau 2 x makan.  (bawa kotak makanan banyak gunanya, bila porsi makanan besar bisa sebagian disimpan, sayang kan dibuang  sudah bayar mahal )
Akomodasi.
Paris  - Hotel Ibis Budget Porte de Bercy Eur 63 per kamar bertiga , Perorang Eur 21
                  Guest house Basilica Sacre Coeur Eur 6 permalam/perorang
Tempat ini bisa menjadi alternative untuk menghemat akomodasi bila tidak ingin tinggal di hotel selama di  Paris
Nevers – Hotel Du Verdun Eur 47 perkamar bertiga. Perorang Eur 15,66
Lourdes – Hotel Du Musee Eur 39  -  Perorang Eur 13
                      Hotel Du Viscos Eur 43 -  Perorang Eur 14,33
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Biaya hotel bisa di hemat dengan cara pulang hari saat ke Nevers dan pulang pergi dengan kereta malam saat ke Lourdes.               
Buat yang suka berpetualang, apabila bepergian lebih dari 2 orang, ingin hemat dan merasakan pengalaaman bercamping, bisa menghubungi Camping Du Loup Lourdes, letaknya sekitar 1 km dari La Grotto. 
Ziarah ke Lourdes??  jangan ragu. Pasrahkan semua niat hati didalam doa, Yakin dan percayalah  karena bila Tuhan berkenan dengan niat hati kita maka tidak ada yang tidak mungkin. Semua akan diberikan dan dilancarkan jalannya. 
Mudah-mudahan dengan berbagi pengalaman ini semakin banyak umat kristiani yang bisa berkunjung ke Lourdes. Bila ada yang ingin ditanyakan lebih jauh, jangan ragu untuk menghubungi.

 email saya  : ciscaing@yahoo.com
Kami akan berbagi info sejauh yang kami ketahui.
Salam damai.

7 comments:

  1. Catatan ini luar biasa. Memberi inspirasi bagi orang awam yang mau berziarah ke lourdes maupun travell ke perancis. Tipsnya sangat luar biasa. Kata katanya sangat hidup serasa merasakan sendiri. Foto fotonya bagus bagus. Kalau boleh tahu, letak permandian suci di lourdes di mana ya? Apa yang tidak sakit juga boleh ikut mandi? Two thumbs up for this notes.

    ReplyDelete
  2. Haha.. keren banget litenarinya.. mudah2an bisa nyusul kesana secepatnya.. amin

    ReplyDelete
  3. Haha.. keren banget litenarinya.. mudah2an bisa nyusul kesana secepatnya.. amin

    ReplyDelete
  4. sungguh meng-inspirasi..Terima kasih atas postingannya. Namun ragu juga kalo pergi sendiri tanpa tour karena benar2 buta jalan dan Bahasa.

    ReplyDelete
  5. Top...sangat informatif dan membantu. Kebetulan kami sekeluarga 2 dewasa + 3 anak sd/smp pas liburan anak di juni ini ingin jalan" ke eropa termasuk memgumjungi Lourdes + Nevers. Boleh bantu" kami ya bu Cisca.

    ReplyDelete
  6. Top...sangat informatif dan membantu. Kebetulan kami sekeluarga 2 dewasa + 3 anak sd/smp pas liburan anak di juni ini ingin jalan" ke eropa termasuk memgumjungi Lourdes + Nevers. Boleh bantu" kami ya bu Cisca.

    ReplyDelete