Lima belas menit sebelum jam 6
pagi, kami menuruni tangga menuju ruang resepsionis dan benar saja, Madame yang
murah senyum juga sudah bangun dan berdandan rapi untuk membukakan pintu hotel
buat kami. Merci beaucoup Madame. Au revoir.
Kereta
yang akan kami tumpangi belum datang. Memang masih kepagian. Dari balik kaca
ruang tunggu stasiun kami memandangi kota Lourdes yang dalam hitungan menit akan kami tinggalkan. Masih agak gelap, namun
dari jauh kelihatan menara gereja Hati Kudus Yesus dengan warna kaca kebiruan.
Berat rasanya meninggalkan kota ini. Apa boleh buat. Ada waktu datang, ada
waktu pulang. Kalau boleh berandai-andai dan bermimpi, duh enaknya kalau bisa
tinggal dikota ini.
Pukul
06.13 kereta TGV dari Tarbes mulai memasuki stasiun. Sesuai jadwal pk 06.27
mulai berangkat menuju Paris Gare Montparnasse.
Pagi ini matahari bersinar cerah. Kami bisa melihat gunung Pyrenees yang masih diselimuti salju. Sebagian sudah mencair, berwarna coklat. Dengan langit biru jernih dan awan putih berbagai bentuk menarik. persis “Negeri di Awan”. Sayang rasanya menutup mata melewati pemandangan –pemandangan indah sepanjang perjalanan.
Apalagi saat kereta memasuki stasiun kota Bordeaux, kota yang tidak kalah indahnya meskipun hanya bisa kami pandang dari dalam kereta selama beberapa menit.
Pagi ini matahari bersinar cerah. Kami bisa melihat gunung Pyrenees yang masih diselimuti salju. Sebagian sudah mencair, berwarna coklat. Dengan langit biru jernih dan awan putih berbagai bentuk menarik. persis “Negeri di Awan”. Sayang rasanya menutup mata melewati pemandangan –pemandangan indah sepanjang perjalanan.
Apalagi saat kereta memasuki stasiun kota Bordeaux, kota yang tidak kalah indahnya meskipun hanya bisa kami pandang dari dalam kereta selama beberapa menit.
Pukul
12.37 kereta tiba di Gare Montparnasse. Salah satu stasiun terbesar di kota
Paris selain Gare du Nord. Distasiun ini
kami sekalian mampir di restoran Quick untuk membeli burger dan kentang goreng
buat sore. Banyak pintu keluar dari stasiun ini menuju jalan yang berbeda. Kami
menuruni tangga di samping Quick restoran menuju Boulevard de Vaugirard, belok
kiri. tampak terminal bus didepannya. Tujuan kami langsung kebukit Montmartre.
Sebenarnya di Avenue du Mairie disekitar Gare Montparnasse ada halte bus no. 80
yang langsung menuju Montmartre. Tapi karena kami tidak mau pusing dan repot
mencari jalan , kami pilih bus no. 95 jurusan Porte de Montmartre yang memang
sudah ada di depan mata, turun di halte transit Place de Clichy untuk pindah ke
bus no 80 tujuan Mairie du 18’ Jules Joffrin lalu turun di halte Lamark Caulaincourt. Dari halte ini begitu belok kiri akan
kelihatan tangga yang merupakan jalan pintas ke atas Basilica Sacre-Coeur
Montmartre yang letaknya diatas bukit, sepanjang jalan berderet toko souvenir
dan café. Jalan menanjak tapi tidak bertangga.
Melewati musium keramik.
Disepanjang jalan ini banyak pelukis yang menawarkan jasa kalau-kalau ada turis yang ingin dilukis. Tidak beda dengan seniman yang sering kita temui di Jogja.
Melewati musium keramik.
Disepanjang jalan ini banyak pelukis yang menawarkan jasa kalau-kalau ada turis yang ingin dilukis. Tidak beda dengan seniman yang sering kita temui di Jogja.
Kalau
ke Paris, jangan melewatkan tempat ini.
Dari halaman basilika, kota paris terbentang di depan mata. Tempat ini penuh dengan turis-turis berfoto ria, duduk-duduk menikmati pemandangan kota Paris dari atas bukit.
Sepasang pengantin juga berpose di depan kamera. Untuk mencapai tempat ini bisa melalui banyak jalan yang berada dibawah puluhan atau mungkin ratusan anak tangga. Rute yang kami pilih ini rasanya rute yang aman, kami terhindar menanjaki anak-anak tangga yang pasti membuat kaki dan betis pegal. Selain itu juga terhindar dari serbuan orang-orang yang sering mengganggu turis dan dengan paksa menarik lengan para turis untuk menjual gelang tangan. Ini cerita yang saya baca dan dengar dari orang-orang yang pernah berkunjung kesini. Awalnya kami juga kawatir dan extra hati-hati. Dari pertama kali kami menjejakkan kaki di Paris. Pasport, tiket pesawat dan kereta kami masukkan dalam kantong kain yang selalu kami gantung dileher dibalik baju dan jaket, uangpun kami simpan dalam kantong lain yang kami kancing dibalik celana panjang. Tidak ada barang berharga dalam ransel. Kedua tangan siap setiap saat masuk kedalam kantong jaket. Nyatanya aman. Tidak ketemu pengganggu. Syukurlah. Kami bertiga dihindari dari orang-orang yang berniat buruk. Di depan basilika beberapa pedagang imigran menjajakan gantungan kunci eiffel dengan harga Eur 1 untuk 5 buah. Wahh benar juga info yang kami baca dari pengalaman turis lain. Nyesel juga kami sudah terlanjur beli di toko dengan harga Eur 0.50 sampai ada yang seharga Eur 1 per buahnya, kualitas barang sama. Gara-gara kawatir nggak ketemu pedagang gelaran sih. Supaya jangan kurang kami beli lagi 3 euro.
Dari halaman basilika, kota paris terbentang di depan mata. Tempat ini penuh dengan turis-turis berfoto ria, duduk-duduk menikmati pemandangan kota Paris dari atas bukit.
Sepasang pengantin juga berpose di depan kamera. Untuk mencapai tempat ini bisa melalui banyak jalan yang berada dibawah puluhan atau mungkin ratusan anak tangga. Rute yang kami pilih ini rasanya rute yang aman, kami terhindar menanjaki anak-anak tangga yang pasti membuat kaki dan betis pegal. Selain itu juga terhindar dari serbuan orang-orang yang sering mengganggu turis dan dengan paksa menarik lengan para turis untuk menjual gelang tangan. Ini cerita yang saya baca dan dengar dari orang-orang yang pernah berkunjung kesini. Awalnya kami juga kawatir dan extra hati-hati. Dari pertama kali kami menjejakkan kaki di Paris. Pasport, tiket pesawat dan kereta kami masukkan dalam kantong kain yang selalu kami gantung dileher dibalik baju dan jaket, uangpun kami simpan dalam kantong lain yang kami kancing dibalik celana panjang. Tidak ada barang berharga dalam ransel. Kedua tangan siap setiap saat masuk kedalam kantong jaket. Nyatanya aman. Tidak ketemu pengganggu. Syukurlah. Kami bertiga dihindari dari orang-orang yang berniat buruk. Di depan basilika beberapa pedagang imigran menjajakan gantungan kunci eiffel dengan harga Eur 1 untuk 5 buah. Wahh benar juga info yang kami baca dari pengalaman turis lain. Nyesel juga kami sudah terlanjur beli di toko dengan harga Eur 0.50 sampai ada yang seharga Eur 1 per buahnya, kualitas barang sama. Gara-gara kawatir nggak ketemu pedagang gelaran sih. Supaya jangan kurang kami beli lagi 3 euro.
Kami
mulai menapaki beberapa anak tangga untuk masuk ke basilika. Bukan main.
Menakjubkan. Meskipun di depan sudah ada larangan mengambil foto dan rekaman,
tetap saja banyak turis sembunyi-sembunyi mengabadikan basilika ini, termasuk teman saya.
Beberapa petugas dengan halus mengingatkan, tapi saking banyaknya turis yang bandel mereka jadi kesal juga terutama dengan turis lelaki yang peralatannya sudah seperti photografer profesional. Dengan turis wanita paling hanya menegur sambil menggoyangkan telunjuk saja. Termasuk saya. Desole Monsieur. Habis waktu masuk sudah langsung terpana, sampai nggak lihat papan peringatan.
Beberapa petugas dengan halus mengingatkan, tapi saking banyaknya turis yang bandel mereka jadi kesal juga terutama dengan turis lelaki yang peralatannya sudah seperti photografer profesional. Dengan turis wanita paling hanya menegur sambil menggoyangkan telunjuk saja. Termasuk saya. Desole Monsieur. Habis waktu masuk sudah langsung terpana, sampai nggak lihat papan peringatan.
Puji
Tuhan, kami bakal menginap disini dan nanti malam bebas keluar masuk basilika
untuk adorasi. Kami mulai mengikuti doa-doa yang dipimpin para suster kemudian
dilanjutkan dengan misa. Meski harus menunggu lama sampai jam setengah
sembilan malam, waktu tidak terasa lama ditempat seperti ini. Didepan altar
terdapat tabung kaca tempat kami memasukkan intensi di secarik kertas yang
sudah disediakan.
Tepat
pukul 20.30, kami menuju Patung Hati Kudus Yesus sesuai petunjuk arah dari
balasan email kami, memasuki pintu bertulisan Prive/no visit untuk menelusuri
koridor menuju ke pintu dengan alat komunikasi dipinggirnya. Begitu tombol
ditekan terdengar jawaban dari dalam. Pintu sudah dibuka, kami tinggal turun
beberapa tangga untuk menuju ruang pendaftaran. Dilayani dengan ramah oleh
mademoiselle cantik berkaca mata dan seorang suster. Kami bebas memilih jam
untuk adorasi dengan mengisi nama di dalam jadwal. Saya lihat hanya segelintir
orang yang mendaftar adorasi lewat tengah malam. Sebagian memilih waktu pk.
23.00 sampai 24.00. setelah misa pk. 22.30. Jadi bisa langsung tidur sampai
pagi. Tapi tidak masalah buat kami. Tante
dan teman memilih pk 23.00. sementara saya pilih pk 24.00. Selesai pendaftaran
dan pembayaran, Eur 6 perorang dengan tambahan Eur 4 perorang kalau termasuk
sarapan. Ditempat ini kalau peserta bawa sleeping bag sendiri hanya dikenakan
Eur 4 perorang, Kami diantar ke ruang tidur. Ruang Saint Tarcisius. Ada 10 dipan lengkap dengan bantal, sprei,
selimut. Setiap 2 dipan disekat tembok dengan tirai sebagai ganti pintu. Ada
juga sekat untuk 1 dipan. Toilet tersedia diluar ruang tidur, sementara
wastafel dan kamar mandi shower tersedia di dalam ruang tidur. Bersih, seperti
layaknya di hotel. Menunggu waktu adorasi saya pakai untuk tidur sebentar. Terbangun
ketika mendengar tante dan teman sudah kembali dari adorasi. Giliran saya
sekarang. Dengan secarik kertas
dikantong yang kami terima saat pendaftaran. Untuk ditunjukkan bila ada
petugas. Wah, sempat bingung juga kenapa lift nggak terbuka juga pintunya. Jadi
saya pilih turun tangga, untungnya hanya 2 lantai. Koridor hanya remang-remang
saja untuk menuju pintu yang bertulis access basilica. Didalam basilica kosong.
Tidak ada petugas. Hanya ada 3 orang termasuk saya. Sekitar altar tempat
monstran emas berisi hosti kudus tetap diterangi lampu. Suasana begitu hening,
damai. Sambil menatap hosti kudus ,lambang
tubuh Kristus dan kehadiran Yesus, kupasrahkan segala suka duka di hati,
dalam doa Rosario dan Koronka
Ketika
kembali ke ruang tidur, saya cek waktu di ponsel. Ternyata sudah jam dua malam.
Hari
ke 9 – Tanggal 15 May 2014
Pukul
enam pagi kami bertiga kembali ke basilika. Baru saya tahu kenapa pintu lift
nggak terbuka. Ternyata tidak otomatis terbuka seperti lift perkantoran. Pintu
bagian depan harus ditarik dulu setelah
menekan tombol, kata teman saya. Salah
saya juga kurang perhatian. Adorasi berakhir jam 7.00, Saat itu terdengar bel
berbunyi, kami pindah ke kapel dekat altar untuk ikut misa pagi. Selesai misa
kembali ke kamar, berkemas-kemas dan menarik sprei tempat tidur untuk
diletakkan di keranjang yang tersedia di depan kamar. Dimanapun kami berada kami berusaha untuk
meninggalkan tempat dalam kondisi rapi.
Mencari
ruang tempat sarapan pagi sempat membuat kami berputar-putar dan beberapa kali
bertanya pada petugas basilika dan kebersihan yang kami temui. Bangunan terdiri
dari beberapa lantai, banyak ruangan dan koridor. Ruang makan berada di lantai
paling bawah, harus turun tangga lagi. Sarapan khas roti Prancis, yang sering
saya sebut Roti Pentung. berikut selai dan mentega. Minuman panas kopi, teh. Silahkan
makan minum sekenyangnya. Kami sarapan bersama dengan rombongan siswa siswi sekolah yang jumlahnya puluhan, rupanya mereka sedang
mengadakan retret. Pantas saat kami pesan tempat, fasilitas kamar untuk satu
orang dan dua orang perkamar sudah penuh, Harga perkamar untuk 1 orang Eur 16
sementara untuk sekamar berdua Eur 13 perorang. Ini menjadi pengalaman unik
buat kami yang belum pernah tinggal di guest house susteran. Sayang kalau hari
terakhir di kota Paris hanya habis dihotel. Kalau menikmati kota Paris tengah
malam kami agak khawatir di jalan Waktu
sarapan hanya sampai jam 08.30. Kami harus segera check out.
Sementara dari luar mulai berdatangan turis ketempat ini. Pagi-pagi pun sudah ada sepasang pengantin lagi. Menurut info yang kami dengar dari penduduk di daerah ini, hampir setiap hari ada pengantin yang mengambil foto dilokasi ini. Apalagi dipagi yang cerah seperti hari ini.
Sementara dari luar mulai berdatangan turis ketempat ini. Pagi-pagi pun sudah ada sepasang pengantin lagi. Menurut info yang kami dengar dari penduduk di daerah ini, hampir setiap hari ada pengantin yang mengambil foto dilokasi ini. Apalagi dipagi yang cerah seperti hari ini.
Menjelang
pukul setengah sepuluh kami mulai menuruni bukit Montmartre. Mengambil
bus no. 80 tapi tidak transit di Place de Clichy seperti waktu datang,
melainkan langsung ke Gare Saint Lazare ganti bus No 53 ke Opera lalu mengambil bus No 39 untuk mengunjung
Louvre. Semakin banyak mencoba rute-rute bus semakin banyak yang bisa dilihat.
Apalagi transportasi bus disini nyaman dan teratur.
Musium
Louvre sangat strategis letaknya, dekat dengan Palais Royal, Rivoli, Pont des
Arts, jembatan yang penuh dengan gembok –gembok cinta. Dekat tempat ini, di 2
Place du Louvre ada gereja yang kami kunjungi Eglise Saint Germain l’Auxerrois. Gereja tua ini juga sedang menggalang dana
untuk pelestarian bangunan. Bangku gereja masih menggunakan anyaman rotan,
kalau mau berlutut memakai bangku yang lebih kecil dan rendah dengan atas
punggung bangku agak lebar untuk meletakkan
kedua lengan tangan. Sebagian
batu dinding dalam gereja sudah mulai berwarna kehitaman dimakan usia. Tepat
pukul 12 siang, diadakan misa disalah satu kapel kecil dalam gereja.
Dari
gereja ini kami kemudian menuju Rue Rivoli, mampir disalah satu café untuk
makan siang, tinggal pilih makanan di etalase kaca untuk dipanaskan dengan
microwave.. Harga sudah tercantum. Kami duduk di dalam café yang lumayan banyak
pengunjungnya di jam istirahat kantor.
Sisa
waktu kami gunakan untuk mengunjungi Jardin des Tuileries. Taman umum yang sangat luas, dikelilingi
bunga-bunga yang bermekaran dan beberapa patung karya seni menjadikan taman ini
banyak dikunjungi wisatawan juga.
Begitu pula karyawan kantor berjas lengkap menghabiskan waktu istirahat sambil tidur berjemur matahari.
Kursi taman banyak tersedia, kami pun ikut duduk melonjor buat menghangatkan jari-jari kaki. Burung dara dan merpati terbang bebas disekitar kami. Sementara serombongan pria setengah baya bermain lempar bola besi. Entah permainan apa namanya?
Begitu pula karyawan kantor berjas lengkap menghabiskan waktu istirahat sambil tidur berjemur matahari.
Kursi taman banyak tersedia, kami pun ikut duduk melonjor buat menghangatkan jari-jari kaki. Burung dara dan merpati terbang bebas disekitar kami. Sementara serombongan pria setengah baya bermain lempar bola besi. Entah permainan apa namanya?
Rasanya
penduduk kota ini di manja sekali, selalu tersedia tempat buat rekreasi gratis. Tapi bukan berarti kota
ini bebas dari kemiskinan, Hanya beberapa meter dari tempat kami, duduk sambil
tidur berjemur seorang wanita kulit putih tunawisma. Sempat kami lihat wanita
itu masuk ke sudut dinding taman yang tertutup dahan-dahan pohon. Ternyata ada
kran air disitu yang dia gunakan untuk menggosok gigi dan membersihkan badan.
Sementara anjing peliharaannya dengan tali diikat pada batang pohon berbaring
dengan mata waspada, memperhatikan gerak gerik majikannya.
Jam
besar diatas bangunan megah di seberng taman sudah menunjukkan pukul empat
lewat seperempat.
Kami mulai bersiap-siap meninggalkan taman. Mengambil jalan Rue de pyramides, persis dipintu keluar taman. Di jalan ini terdapat Patung Penunggang Kuda keemasan yang dinamai Jeanne D’Arc Statue Paris. Berjalan santai menuju Opera. Semua trotoar buat pejalan kaki lebar dan nyaman. Tidak ada jalan becek berlumpur. Sepatu tetap bersih. Kemanapun kami berjalan rasanya bebas polusi debu dan asap knalpot. Kapan ya Jakarta bisa senyaman ini.
Kami mulai bersiap-siap meninggalkan taman. Mengambil jalan Rue de pyramides, persis dipintu keluar taman. Di jalan ini terdapat Patung Penunggang Kuda keemasan yang dinamai Jeanne D’Arc Statue Paris. Berjalan santai menuju Opera. Semua trotoar buat pejalan kaki lebar dan nyaman. Tidak ada jalan becek berlumpur. Sepatu tetap bersih. Kemanapun kami berjalan rasanya bebas polusi debu dan asap knalpot. Kapan ya Jakarta bisa senyaman ini.
Tidak
sampai sepuluh menit kami sudah sampai di persimpangan jalan sebelah Royal
Opera Café dan gedung Opera Garnier sudah di depan mata. Melewati Avenue de la
Opera banyak tempat yang bisa
dikunjungi. Misalnya Eglise Saint Roch. Place Vendome, dengan tugu batu berwarna hijau dilapangan luas
Sementara
bila menelusuri kawasan boulevard Capucinne akan kita temui tempat wisata Place
de Madeleine. Awalnya tempat ini merupakan tempat ibadah orang Yahudi yang
kemudian menjadi gereja katholik dan sekarang menjadi monumen kejayaan pasukan
Napoleon. Bangunan ini letaknya cukup dekat
dengan Place de la Concorde. Tempat seluas 8 hektar lebih ini dengan tugu
lancip bagian atas berlapis emas ditengah alun-alun, dilengkapi air mancur dulunya
di jaman revolusi Perancis menjadi tempat eksekusi dengan pisau guillotine.
Termasuk ratu Marie Antoinette juga dipenggal kepalanya di alun-alun ini.
Sementara di sekitar Gare St Lazare terdapat
Eglise Saint Augustine dan Trinity Church.
Semua tempat wisata ini mudah ditempuh dengan berjalan kaki.
Menunggu waktu kembali ke airport, kami
habiskan dengan duduk diatas tangga Opera Garnier yang cukup menyilaukan mata
sorot mataharinya sore itu. Ratusan
turis dan karyawan yang baru bubar kantor menikmati sinar matahari sore sambil
menyaksikan seorang pemuda menyanyi dengan gitar ditangan melantunkan lagu-lagu
untuk menambah ceria suasana. Siapapun asal berani tampil boleh maju untuk
unjuk kebolehan. Tidak perlu takut diejek meski suara pas-pasan atau bahkan jelek. Penonton tetap akan bertepuk tangan menyemangati.
Bahkan seorang anak lelaki, berumur sekitar 4 - 5 tahun berani tampil meski
tidak hapal lirik lagu. Membuat para penonton tersenyum senang melihat kepolosannya
dan keberanian bocah itu
Sudah
hampir setengah enam, kamipun kembali berada di dalam Roissy Bus yang haltenya
berada disamping gedung Opera. Bus yang
akan membawa kami kembali ke CDG Airport. Berhenti di terminal satu.
AU
REVOIR PARIS!!!
Qatar
Airways mengantar kami kembali ke tanah air dan mendarat dengan mulus di
bandara Soeta tanggal 16 May 2014 jam sepuluh malam
Doha tampak dari atas pesawat.
Doha tampak dari atas pesawat.
V.
Tips-tips keamanan
Pasport
merupakan dokumen yang amat sangat penting di negara orang. Oleh karena itu mutlak untuk dijaga baik-baik.
Kehilangan pasport bisa membuat rencana berantakan dan habis waktu mengurus
Surat Laksana Perjalanan di kedutaan Indonesia dikota setempat. Jadi seperti yang sudah diulas sebelumnya. amankan
pasport, uang, tiket-tiket transportasi di kantong/safety pocket dibalik baju
atau celana panjang. Saking hati-hatinya,
tidurpun kantong very important things itu tetap nyantol dileher. Menggunakan
jaket berkantong juga sangat membantu untuk menyimpan uang kecil, tiket bus/metro keperluan
sehari-hari ataupun barang-barang kecil lainnya supaya tidak repot dijalan.
Dengan
tas ransel yang hanya berisi baju dan perlengkapan seperlunya, kami tidak perlu
takut hilang dan gampang turun naik
kendaraan umum ataupun tangga, ketimbang menggerek-gerek koper.
VI.
Lokasi Wisata dan Sistem transportasi kota tujuan
Memahami
jalan-jalan menuju lokasi wisata baik dengan berjalan kaki ataupun transport
umum ada baiknya dipelajari dulu sebelum berangkat. Nevers dan Lourdes hanya
kota kecil, tidak serumit Paris tentunya. Banyak informasi-informasi di
internet yang bisa kita peroleh bila kita mau meluangkan waktu. Kesasar di kota
besar seperti Paris, selain membuang waktu juga membuat rencana tujuan jadi
gagal. Belum lagi kalau sampai harus
menggunakan taxi bisa membuat bengkak biaya. Meskipun disetiap halte bus dan metro selalu tersedia
peta dan rute masing-masing bus yang berhenti di depannya. Perlu memahami dan
mengerti. Jadi jangan sampai buta jalan samasekali.
VII Ringkasan
Biaya per orang
Biaya
pembuatan pasport IDR 255.000,-
Biaya
Visa Schengen Eur 85 (dibayar dengan rupiah berdasarkan kurs yang berlaku)
Premi
Polis Asuransi Perjalanan USD 28 untuk pertanggungan sebesar USD 50,000,-
Tiket
pesawat pp Jakarta – Paris – Jakarta USD
871
Tiket
Kereta Api pp Paris – Lourdes –
Paris Eur 86
Pp Paris – Nevers – Paris Eur 54
Transportasi pp CDG
airport – Opera – CDG Airport Eur 21 (2
x Eur 10.50)
Tiket
Bus/Metro – 4 carnet (40 lembar ) untuk bertiga Eur 57 , perorang Eur 19
(Bila membeli di toko TABAC atau mesin otomatis dalam hotel.
harga lebih mahal 1 sampai 1,5 Eur per carnet. Di loket metro harga carnet
untuk 10 lembar tiket Eur 13,70 )
Biaya
Makan dan Minum
Untuk ukuran perut kami, cukup Eur 10 perhari/ perorang. Beberapa
kali kami membeli paket Mc Donald dan Kebab seharga Eur 7, Seporsi
bisa untuk berdua atau 2 x makan. (bawa
kotak makanan banyak gunanya, bila porsi makanan besar bisa sebagian disimpan,
sayang kan dibuang sudah bayar mahal )
Akomodasi.
Paris - Hotel Ibis Budget Porte de Bercy Eur 63 per
kamar bertiga , Perorang Eur 21
Guest house Basilica Sacre
Coeur Eur 6 permalam/perorang
Tempat ini bisa menjadi alternative untuk menghemat akomodasi
bila tidak ingin tinggal di hotel selama di
Paris
Nevers
– Hotel Du Verdun Eur 47 perkamar bertiga. Perorang Eur 15,66
Lourdes
– Hotel Du Musee Eur 39 - Perorang Eur 13
Hotel Du Viscos Eur 43 - Perorang Eur 14,33
Seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya. Biaya hotel bisa di hemat dengan cara pulang
hari saat ke Nevers dan pulang pergi dengan kereta malam saat ke Lourdes.
Buat
yang suka berpetualang, apabila bepergian lebih dari 2 orang, ingin hemat dan
merasakan pengalaaman bercamping, bisa menghubungi Camping Du Loup Lourdes,
letaknya sekitar 1 km dari La Grotto.
Ziarah
ke Lourdes?? jangan ragu. Pasrahkan
semua niat hati didalam doa, Yakin dan percayalah karena bila Tuhan berkenan dengan niat hati
kita maka tidak ada yang tidak mungkin. Semua akan diberikan dan dilancarkan jalannya.
Mudah-mudahan
dengan berbagi pengalaman ini semakin banyak umat kristiani yang bisa
berkunjung ke Lourdes. Bila ada yang ingin ditanyakan lebih jauh, jangan ragu
untuk menghubungi.
email saya : ciscaing@yahoo.com
email saya : ciscaing@yahoo.com
Kami
akan berbagi info sejauh yang kami ketahui.
The sky is so blue!!!
ReplyDeleteCatatan ini luar biasa. Memberi inspirasi bagi orang awam yang mau berziarah ke lourdes maupun travell ke perancis. Tipsnya sangat luar biasa. Kata katanya sangat hidup serasa merasakan sendiri. Foto fotonya bagus bagus. Kalau boleh tahu, letak permandian suci di lourdes di mana ya? Apa yang tidak sakit juga boleh ikut mandi? Two thumbs up for this notes.
ReplyDeleteHaha.. keren banget litenarinya.. mudah2an bisa nyusul kesana secepatnya.. amin
ReplyDeleteHaha.. keren banget litenarinya.. mudah2an bisa nyusul kesana secepatnya.. amin
ReplyDeletesungguh meng-inspirasi..Terima kasih atas postingannya. Namun ragu juga kalo pergi sendiri tanpa tour karena benar2 buta jalan dan Bahasa.
ReplyDeleteTop...sangat informatif dan membantu. Kebetulan kami sekeluarga 2 dewasa + 3 anak sd/smp pas liburan anak di juni ini ingin jalan" ke eropa termasuk memgumjungi Lourdes + Nevers. Boleh bantu" kami ya bu Cisca.
ReplyDeleteTop...sangat informatif dan membantu. Kebetulan kami sekeluarga 2 dewasa + 3 anak sd/smp pas liburan anak di juni ini ingin jalan" ke eropa termasuk memgumjungi Lourdes + Nevers. Boleh bantu" kami ya bu Cisca.
ReplyDelete